Kamis, 29 Januari 2009

BUDAYA PEDULI LINGKUNGAN HIDUP PADA SATUAN PENDIDIKAN MUATAN LOKAL

BUDAYA PEDULI LINGKUNGAN HIDUP PADA SATUAN PENDIDIKAN MUATAN LOKAL

Oleh; Ibrahim
(Guru SMAN I Pamboang dan Pemerhati PLH Sulbar)

Kebijakan otonomi daerah tentang pemekaran wilayah akan memberikan peluang fifti-fifti terhadap kelestarian lingkungan hidup, peluang tersebut 50 persen terhadap kehancuran lingkungan dan 50 persen terhadap pelestarian lingkungan. Kehawatiran ini perlu disikapi dengan baik dan melihat kenyataan di daerah saat sekarang ini. Dengan kebijakan ini, daerah yang mempunyai tingkat pendapatan yang rendah tentu akan mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam untuk memacu pendapatan asli daerahnya.
Kondisi ini, tanpa disadari akan berdampak pada pengrusakan lingkungan hidup. Beberapa kerusakan lingkungan yang terjadi saat sekarang ini antara lain terjadinya banjir akibat pengelolaan hutan yang tidak bijaksana dalam mengelolanya, kerusakan terumbu karang akibat pengeboman ikan, dan masih banyak lagi persoalan-persoalan lingkungan yang dapat mempengeruhi kehidupan manusia.
Kebijakan pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukana saat sekarang ini hanya semata-mata untuk menghasilkan pendapatan daerah seperti misalnya pegeluaran isin membangun diperlukan isin AMDAL. Sehingga masyarakat hanya tahu pengelolaan lingkungan adalah mengambil isin dari kantor Pengendalian dampak Lingkungan. Ini menunjukkan bahwa perlunya pemahaman tentang persoalan-persoalan lingkungan hidup dari seluruh masyarakat untuk memotivasi dan berpartisipasi aktif dalam pengelolaan lingkungan hidup agar tercipta budaya peduli terhadap lingkungan dimasyarakat.
Budaya merupakan bagian dari seluruh sistem gagasan dan rasa,tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya dengan cara belajar (Koentjaraningrat1967). Pendapat ini memberi pengertian bahwa menciptakan budaya peduli terhadap lingkungan dimasyarakat setidaknya dibutuhkan cara belajar dengan melibatkan gagasan, rasa dan tindakan, agar pendidikan lingkungan hidup dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, agar berdampak pada terciptanya budaya peduli lingkungan di masyarakat. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan masyarakat tentang masalah-masalah lingkungan serta cara pengelolaannya.
Persoalan lingkungan hidup yang paling mendorong terjadinya degradasi lingkungan hidup akhir-akhir ini adalah, tingginya pemanfaatan sumber daya alam yang dapat menimbulkan peningkatakan kerusakan lingkungan hidup antara lain; (a). Kerusakan hutan. Hutan alami di Indonesia sudah berkuran sampai dengan 72 persen dan sedang dalam proses perusakaan seluas 4000 hektar perhari atau 1,46 juta hektar pertahun. Salah satu akibat penghancuran hutan adalah bahwa mamalia dan spesies burung menururn secara derastis.(b).Pencemaran udara , air dan tanah. Perkembangan dibidang industri menyebabkan peningkatan pencemaran untuk hampir semua zat pencemaran. Akibatnya kualitas udara di kota-kota besar pada umumnya sudah sangat buruk.(c).Terumbu karang. Areal terumbu karang seluas 65,000 km memiliki potensi keuntungan miliaran pertahun. Namum dalam kenyataanya Negara kita merugi akibat kerusakan terumbu karang. Pada saat ini terumbu karang diperkirakan tinggal 5,56 persen saja yang masih dalam kondisi baik.(d).Pengalihan pemanfaatan lahan untuk pembangunan. Pengalihan lahan terus berlanjut yang mengakibatkan berkurang atau hilangnya lahan-lahan yang berfungsi menjadi penopang keseimbangan lingkungan. Pengalihan lahan tersebut telah menyebabkan gangguan terhadap keseimbangan hidro-orologis, berkurangnya air tanah, erosi dan banjir (Bappedal).
Beberapa uraian di atas tentang masalah-masalah lingkungan yang terjadi dinegara kita menunjukkan perlunya komitmen dan kesadaran yang sangat tinggi dari seluruh pihak untuk secara konsisten agar melibatkan gagasan, rasa, dan tindakan serta menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan agar menciptakan budaya peduli terhadap lingkungan.
Menciptakan budaya peduli terhadap lingkungan dimasyarakat setidaknya dibutuhkan waktu yang cukup lama, oleh karena itu dibutuhkan political will dari pemerintah agar pendidikan lingkungan hidup dapat diimplementasikan di sekolah melalui mata pelajaran muatan lokal.
Mata pelajaran muatan lokal di sekolah bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional. Lebih jelas lagi agar peserta didik dapat: Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya, Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya, Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional.(Balitbang Depdiknas 2006).
Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler yang di kembangkan dengan menyesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang ruang lingkupnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial budaya. Hal ini sejalan dengan kebutuhan daerah tentang aspirasi masyarakat mengenai pelestarian alam dan pengembangan daerahnya, serta konservasi alam dan pemberdayaannya.
Konservasi sumber daya alam dan pelestarian lingkungan merupakan bentuk dari pengelolaan lingkungan hidup agar tetap berkelanjutan. Hal yang inilah yang perlu dikembangkan agar generasi sekarang memiliki sikap dan perilaku positip terhadap persoalan lingkungan hidup. Oleh karena itu diperlukan pemberian pengetahuan kepada generasi agar memiliki tindakan dalam mengelolah lingkungan hidup dalam kehidupan sehari-hari. Misalanya saja perbaikan lingkungan di sekitar sekolah dengan cara menghijaukan dengan menanam tumbuhan serta melakukan kerja sosial dimasyarakat seperti misalnya penanaman hutan bakau di pesisir pantai. Dengan dasar ini dapat memberi harapan bahwa untuk mempelajari lingkungan hidup terbuka lebar melalui muatan lokal, tentu dengan dukungan dan komitmen dari pemerintah agar serius menangani masalah-masalah lingkungan yang saat sekarang ini mengalami degradasi.
Pelaksanaan pembelajaran pendidikan lingkungan hidup di sekolah bukan semata-mata membawa pendidikan lingkungan kebangku sekolah. Namun bagaimana menciptakan budaya lingkungan hidup kepada anak-anak sekolah melalaui pendidikan lingkungan.
Pemikiran penulis, memang sangat sulit menjadikan pendidikan lingkungan menjadi budaya peduli lingkungan hidup kepada anak-anak sebab setidaknya dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk menjadikan budaya lingkungan hidup dimasyarakat. Oleh karena itu dibutuhkan kebijakan yang tegas dari pemerintah untuk menciptakan budaya lingkungan agar senantiasa tumbuh dan berkembang dimasyarakat.
Apabila pemerintah komitmen dengan kebijakan memasukkan didalam muatan lokal di sekolah, hemat penulis kemungkinan tidak diperlukan waktu yang cukup lama membangun budaya peduli lingkungan dimasyarakat asal pendidikan lingkungan hidup diajarkan kepada anak-anak sejak dini, baik pada jenjang SD,SMP dan SMA..
Dengan kebijakan ini harapan kita dimasa yang akan datang kualitas lingkungan dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang. Oleh karena itu dalam merumuskan mata pelajaran pendidikan lingkungan ini ke dalam muatan lokal diperlukan keterlibatan guru, ahli bidang kajian lingkungan hidup,dan ahli dari instansi lain dalam menyusun Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada mata pelajaran pendidikan lingkungan hidup pada muatan lokal agar dapat dilaksanakan di sekolah yang disesuaikan dengan kebutuha daerah.

UPAYA MENGATASI KELAMBANAN SISWA DALAM MENERIMA MATERI PELAJARAN DI SEKOLAH

UPAYA MENGATASI KELAMBANAN SISWA DALAM MENERIMA MATERI PELAJARAN DI SEKOLAH

Oleh: IBRAHIM, M.Pd.
(Ketua MGMP Geografi Kab. Majene E-Mail:BravoAQ15@.yahoo.co.id)

Jika anda berprofesi sebagai guru entah guru swasta maupun negeri akan mempunyai pengalaman dalam pembelajaran tentang siswa di kelas yang lamban menerima pembelajaran. Apabila dalam pembelajaran ini seorang guru tidak sabar dalam mengelolah pembelajaran pada siswa yang lamban maka cenderung terjadi seorang guru cepat emosi, memberi hukuman pada siswa serta memberi nilai dibawah standar pada siswa tersebut.
Pertanyaan kita sekarang adalah pernahkah seorang guru memperhatikan keadaan siswa dilingkungan keluarga, lingkungan sosial serta teman bermain. Sebab sesungguhnya dalam belajar seorang siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi siswa dalam belajar baik yang bersumber dalam diri anak itu sendiri maupun yang bersumber dari pengaruh-pengaruh dari luar. Kedua faktor inilah yang akan mempengaruhi situasi belajar pada anak, sehingga penerimaan siswa dalam belajar kadangkala terhambat yang berindikasi terhadap kelambanan dalam menerima materi pelajaran.
Gejala kelambanan siswa dalam belajar adalah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah dipelajari. Olehnya itu seorang guru harus bersabar apa bila diperhadapkan pada siswa yang belum memperlihatkan kemajuan dalam pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Ibrahim (1991), bahwa: secara umum siswa dalam satu kelas terbagi atas tiga kelompok, yaitu kelompok pandai atau cepat belajar, kelompok sedang dan kelompok lambat belajar, dan dari ketiga kategori ini maka yang terbanyak adalah golongan sedang.
Siswa yang diajar di kelas pada dasarnya sedang dalam proses perkembangann dan akan terus berkembang. Sehubungan dengan perkembangan ini maka kemampuan siswa pada setiap jenjang usia dan pada tingkat kelas juga akan berbeda-beda. Siswa pada usia atau kelas yang lebih tinggi memiliki kemampauan yang lebih tinggi dari yang di bawahnya.
Dari kenyataan ini maka seorang guru dalam memilih bahan dan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan kemampuan siswa tersebut antara lain: seorang guru dalam menyusun program pembelajaran harus sesuai dengan kemampuan siswa. Dalam hal ini menyusun bahan hendaknya menggunakan krateria sedang, dengan menggunakan metode atau bentuk kegiatan mengajar yang bervariasi pula.
Kelambanan Siswa
Setiap siswa mempunyai keragaman dalam hal kecakapan maupun kepribadian. Kecakapan yang dimiliki masing-masing siswa itu meliputi kecakapan potensial yang memungkinkan untuk dikembangkan, seperti bakat dan kecerdasan maupun kecakapan yang diperoleh dari hasil belajar. Hal ini menunjukkan bahwa siswa dalam belajar tidak sama dalam penerimaan materi pelajaran, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor. Menurut Oemar Hamalik (1992), terdapat dua faktor yang mempengaruhi siswa dalam belajar, yaitu : (a). Faktor Internal adalah faktor yang bersumber dari dalam diri anak itu sendiri yang disebabkan implikasi perkembangannya, yaitu kebutuhan tak terpuaskan, kurang pengawasan, dan kurang kuat ingatannya. (b). Faktor Eksternal adalah faktor yang bersumber pada pengaruh-pengaruh luar seperti pelajaran yang sulit, cara guru mengajar kurang efektif, kurang menarik minat, sikap yang tidak akur dan alat belajar yang kurang lengkap.
Menyikapi hal ini, maka seorang guru harus memahami perkembangan siswa, hal ini sejalan dengan pendapat Muhibbin (1995), bahwa seorang guru harus mengerti perkembangan dengan segala asfeknya antara lain. (a). Guru memberikan layanan bantuan dan bimbingan yang tepat kepada para siswa yang relevan dengan tingkat perkembangan. (b). Guru mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan timbulnya kesulitan belajar siswa tertentu.(c).Guru mempertimbangkan waktu yang tepat untuk memulai aktivitas proses belajar-mengajar bidang studi. (d). Guru menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan pengajaran. Jika hal ini dapat dilakukan oleh guru maka sasaran belajar siswa yang menyangkut apa yang harus dikerjakan untuk dirinya dalam belajar dapat tercapai.
Berkaitan dengan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa proses belajar pada dasarnya terdapat prinsip-prinsip yang telah disepakati oleh para ahli pendidikan. Menurut Alvin dalam ( Davies 1987), bahwa prinsip-prinsip dalam belajar adalah:
(a). Hal apapun yang dipelajari, maka ia harus mempelajarinya sendiri. (b). Setiap siswa belajar menurut temponya sendiri sesuai dengan kelompok umur. (c). Seorang siswa belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan. (d). Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan secara keseluruhan lebih berarti, dan (e). Apabila siswa diberikan tanggungjawab untuk mempelajari sendiri maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan lebih mengingat secara lebih baik.
Pendapat ini dapatlah disimpulkan bahwa belajar adalah berusaha untuk mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya dengan berupaya sendiri untuk mendapatkannya. Namun perlu disadari bahwa dalam proses pembelajaran di kelas keadaan masing-masing siswa berbeda dalam belajar malah ada yang cenderung lamban.
Mengatasi Kelambanan siswa
Pada dasarnya guru yang profesional dalam mengelolah pembelajaran adalah guru yang memberi motivasi pada siswa agar belajar semaksimal mungkin walaupun siswa tersebut suka atau tidak suka pada mata pelajaran tersebut.
Tujuan mengajar adalah untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkahlaku seseorang dalam belajar. Dengan kata lain pengajaran dapat membuat seseorang pelajar mengalami perubahan dalam belajar. Perubahan ini biasanya dilakukan seorang guru dengan menggunakan suatu strategi mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Davies (1986),bahwa: Untuk mengadakan perubahan-perubahan pada siswa dalam belajar dapat menggunakan dua cara ayitu : (1) strategi mengajar, yang meliputi strategi ceramah, strategi tutorial, strategi pelajaran, strategi dari studi kasus dan (2) teknik atau metode mengajar. Sejalan dengan pendapat ini maka upaya mengambil tindakan-tindakan penanganan terhadap kelambanan siswa menerima materi pelajaran terdapat beberapa metode yang cocok untuk mengatasi kelambanan siswa dalam menerima materi pelajaran antara lain:
Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu cara mengajar dimana guru dan murid aktif bersama, guru bertanya murid mencari jawaban, murid mengemukakan ide baru, dan dengan ini guru bertujuan menanyakan. (a). Apakan anak mengetahui fakta-fakta tertentu yang telah di ajarkan. (b). Mengamati proses berpikir anak yang bertingkat-tingkat.(c). Mencari jawaban yang tepat dan faktual, dan (d). Membawa anak pada pengetahuan yang baru.
Namun perlu disadari oleh seorang guru bahwa dalam menggunakan metode tanya jawab ada beberapa situasi yang memungkinkan penggunaan metode Tanya jawab antara lain: (a). Untuk melanjutkan pelajaran baru. (b). Menilai kemajuan siswa.(c). Menyelingi pembicaraan. (d). Menangkap perhatian siswa. (e). Mencari jawaban dari siswa, dan (f). Memimpin pengamatan dan pemikiran siswa.
Metode Diskusi
Dalam situasi belajar kadang-kadang siswa dan guru menghadapi soal yang tidak dapat dipecahkan dengan satu jawaban saja. Untuk mencari jawaban yang tepat untuk itu diperlukan diskusi. Semua jawaban akan ditampung dan dipertahankan, mana yang paling banyak medekati kebenaran sehingga dengan musyawara yang demokratis dapat diambil kesimpulan. Oleh karena itu dalam pelaksanaan diskusi ada beberapa sifat-sifat pertanyaan dalam diskusi yang perlu diperhatikan antara lain: (a). Harus menarik minat siswa. (b). Setingkat dengan perkembangan umurnya. (c). Mempunyai lebih dari satu jawaban, dan (d). Tidak menanyakan dengan jawaban ya atau tidak.
Metode Pemberian Tugas Belajar
Metode ini biasanya diberikan guru sebagai pekerjaan rumah. Tetapi sebenarnya ada perbedaan antara pemberian tugas dan pekerjaan rumah. Ialah untuk pekerjaan rumah guru menyuruh membaca dari buku dirumah, 2 hari lagi memberi pertanyaan-pertanyaan di kelas. Adapun kebaikan dari metode pemberian tugas adalah: (a). Mengaktifkan siswa untuk mempelajari sendiri suatu masalah dengan jalan membaca sendiri, mengerjaan soal-soal sendiri, mencoba sendiri. (b). Membiasakan anak-anak berpikir. (c). Melatih anak-anak berhadapan dengan persoalan, tidak hanya hapalan. (d). Waktu siswa masuk anak-anak disuruh diskusi, dan (e). Mengembangkan inisiatif serta tanggungjawab dari siswa terhadap penggunaan dan pengentrapan informasi dalam menghadapi masalah yang aktual.
Berdasarkan beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa upaya guru mengatasi kelambanan peserta didik dalam menerima materi pelajaran dapat dilakukan beberapa metode atau teknik antara lain, Metode Tanya jawab, metode diskusi metode pemberian tugas. Sebab metode ini akan mengembalikan kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah dipelajari, olehnya itu selamat kepada teman-teman profesi guru yang menggunakan metode ini dalam upaya mengatasi kelambanan siswa dalam belajar di sekolah.

BELAJAR MENYENANGKAN DAN MEMBEBASKAN

Hampir semua manusia di negara tercinta kita ini, yang pernah mengenyam pendidikan formal baik SD,SMP, dan SMA dipastikan punya pengalaman menyenangkan dan tidak menyenangkan terhadap seorang guru di sekolah. Selain itu banyak cerita lucu tentang guru yang mengajar kita selama sekolah.
Pengalaman kita disekolah yang sering terjadi adalah membolos dengan meninggalkan mata pelajaran tertentu yang dianggap tidak menarik, munculnya pemikiran jalan pintas yakni tidak mau belajar tetapi ingin nilai yang baik sehingga memberi ekses terhadap percontekan mencari bocoran soal dan lain-lain. Keadaan yang demikian ini memberi indikasi bahwa belajar pada waktu tertentu sangat ditentukan oleh minat dan motivasi mengikuti pelajaran dalam kelas. Olehnya itu diperlukan kompetensi guru untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan membebaskan dalam mengelolah pembelajaran dengan pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran.
Menyikapi hal seperti ini sesungguhnya para ahli pendidikan berpendapat bahwa sebenarnya tidak ada satupun metode mengajar yang paling jitu dalam melaksanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hanya saja guru sebagai fasilitator pembelajaran diharapkan mencari model pembelajaran yang lebih banyak memberi peran kepada siswa dalam mengelolah belajarnya.
A. Konstruktiv sebagai Alternatif
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning), yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit dan hasil lebih diperluas melalui konteks yang terbatas.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengamatan nyata. Dengan dasar ini pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar, siswa menjadi pusat kegiatan dan bukan guru, Hamzah (2003).
Dalam pembelajaran konstruktiv seorang guru bukanlah melaksanakan kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke murid, melainkan suatu kegiatan untuk membangun pengetahuan siswa. Mengajar berarti partisipasi dengan pelajar dalam membentuk pengetahuan membuat makna dan mencari kejelasan, bersikap kritis dan mengadakan justifikasi.
Berdasrkan hal ini model pembelajaran konstruktif sangat cocok untuk dijadikan salah satu alternatif pembelajaran yang memberi peluang kepada siswa untuk leluasa dan membebaskan mengelolah pembelajarannya.
B. Guru sebagai Pembelajar Konstruktiv
a. Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator
Seorang pengajar atau guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik. Fungsi mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sebagai berikut:
1. Guru menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid bertanggungjawab dalam
embuat rancangan, proses, dan penelitian.
2. Guru menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keinginantahuan
muryd dan mbantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan ide mereka. Menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung proses belajar siswa. Guru perlu menyediakan pengalaman konflik.
3. Guru memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakan pemikiran siswa jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan murid.
Agar peran dan tugas tersebut berjalan dengan optimal, diperlukan beberapa kegiatan yang perlu dikerjakan oleh seorang guru:
1. Guru perlu banyak beriteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa yang sudah mereka
etahui dan pikirkan.
2. Tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan bersama sehingga siswa
ungguh terlibat.
3. Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa
4. Diperlukan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang dan kepercayaan terhadap siswa
ahwa mereka dapat belajar.
5. Guru perlu mempunyai pemikiran yang Fleksibel untuk dapat mengerti dan menghargai
pemikiran siswa
b. Startegi Belajar Konstruktiv
Strategi yang disusun dalam pembelajaran konstruktiv bersifat menjadi tawaran dan saran bukan suatu menu yang jadi. Olehnya itu dapat digambarkan beberapa ciri mengajar konstruktif sebagai berikut:
1. Orientasi: Murid diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik. Murid diberi kesempatan untuk mengadakan observasi terhadap topik yang hendak dipelajari.
2. Elisitasi: Murid dibantu untuk mengungkapkan idenya secara jelas dengan berdiskusi, menulis dan lain-lain.
3. Restrukrisasi ide. Dalam hal ini ada tiga hal:
(a). Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan ide-ide orang lain atau teman lewat diskusi atau lewat pengumpulan ide. Seseorang dapat terangsan untuk merekonstruksi gagasannya kalau tidak cocok atau sebaliknya menjadi lebih yakin bila gagasan cocok.(b). Membangun ide yang baru. Ini terjadi bila dalam diskusi itu idenya bertentangan dengan ide lain atau idenya tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan teman-teman. (c). Mengevaluasi ide barunya dengan eksprimen.
4. Penggunaan ide dalam banyak situasi. Ide atau pengetauan yang telah dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan siswa lebih lengkap dan bahkan lebih rinci dengan segala macam pengecualianya.
5. Review, bagaimana ide itu berubah. Dapat terjadi bahwa dalam aplikasi pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, seseorang perlu merevisi gagasannya entah dengan menambahkan suatu keterangan ataupun mungkin dengan mengubahnya menjadi lebih lengkap.(Paul Suparno, 1997)
Dengan adanya penerapan model konstruktif di sekolah, maka diharapkan sikap pasif siswa misalnya tidak senang terhadap mata pelajaran tertentu, membolos, dan mencari jalan pintas selama kegiatan pembelajaran berlangsung dapat diminimalkan. Namun perlu dipahami bahwa dalam penerapan pembelajaran konstruktiv banyak masalah yang menjadi kendala dalam pelaksanaanya antara lain sarana penunjang, literatur dan ruang kelas yang memadai. Olehnya itu guru diharapkan meningkatkan profesionalismenya dengan peningkatan kompetensi dibidang pengajaran dan penyediaan media pembelajaran.
Akhir tulisan ini, penulis menyampaikan selamat kepada teman-teman guru yang berkeinginan mencoba model pembelajaran konstruktiv, dan tetap guru masa-masa akan datang dapat terus berinovasi dan merubah pola-pola pembelajaran yang lama.

Rabu, 28 Januari 2009

MEMBANGKITKAN MINAT BELAJAR SISWA DI SEKOLAH

MEMBANGKITKAN MINAT BELAJAR SISWA DI SEKOLAH
Oleh: IBRAHIM, M.Pd.



Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya baik secara formal maupun non formal. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah dengan adanya perubahan tingkahlaku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.
Proses belajar formal seperti di sekolah, pada intinya tertumpu pada suatu persoalan yaitu bagaimana guru memberi kemungkinan bagi siswa agar terjadi proses belajar yang efektif atau dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan. Persoalan ini membawa implikasi sebagai berikut: (a). Guru harus mempunyai pegangan asasi tentang mengajar dan dasar-dasar teori mengajar.(b). Guru harus dapat mengembangkan sistem pengajaran. (c).Guru harus mampu melakukan proses belajar mengajar yang efektif, dan (d). Guru harus mampu melakukan penilaian hasil belajar sebagai dasar umpan balik bagi seluruh proses yang ditempu.
Empat poin ini tentu belum cukup dalam suatu proses pembelajaran, sebab guru bukan hanya mengelolah pengajaran tetapi seorang guru juga harus mampu mengelolah kelas agar sasaran dan tujuan proses pembelajaran dapat tercapai. Salah satu yang perlu diperhatikan oleh guru adalah minat belajar siswa sebab minat merupakan kesiapan untuk bertindak, yang diharapkan akan mempengaruhi aktivitas dan perilaku siswa dalam merespon kegiatan atau aktivitas pembelajaran. Apa jadinya kalau siswa tidak berminat dalam belajar apalagi jam-jam terakhir, kita akan mendapati prilaku siswa yang mengantuk, minta ijin ke kamar kecil padahal nongkron di kanting dan lebih fatal lagi akhirnya siswa tersebut pulang dari sekolah sebelum waktunya. Indikasi ini perlu diamati oleh guru dan mencari solusi dengan cara memberi motivasi agar minat siswa dalam belajar meningkat.
Banyak cerita-cerita lucu yang penulis dapatkan dari siswa, tentang proses belajarnya di sekolah, antara lain cerita siswa tentang guru sepanjang pembelajaran hampir seratus kali menyebut “ ya”, dan gaya mengajar guru yang hanya mencatat dan mendikte bahan pelajaran. Dua cerita siswa ini cukuplah mewakili kesimpulan penulis bahwa pada dasarnya siswa kurang berminat dalam belajar yang dilakukan oleh seorang guru dengan model seperti cerita ini.
Minat Belajar
Mengutip dua defenisi minat yang dikemukakan oleh Slameto (1995), bahwa minat adalah suatu suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh, selanjutnya Slameto menyatakan bahwa pada dasarnya minat adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu dari luar diri . Semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut semakin besar minat.
Minat besar pengaruhnya terhadap proses belajar. Bila bahan pelajaran yang disajikan oleh guru tidak sesuai dengan minat siswa , maka siswa tersebut tidak mempunyai daya tarik. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam rangka memaksimalkan suatu aktivitas, faktor minat yang tumbuh dalam diri seseorang haruslah dimaksimalkan karena tanpa adanya minat untuk melakukan suatu aktivitas belajar, maka sulit bagi seseorang untuk melakukan suatu aktivitas dengan berdaya guna dan berhasil guna.
Jika terdapat siswa yang kurang berminat untuk belajar, maka di usahakan agar siswa tersebut dapat mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menggunakan metode yang efektif serta menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan dan hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita yang ada kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajar tersebut.
Minat dapat dibagi dalam beberapa bagian yaitu’’ Minat timbul dengan sendirinya disebabkan karena adanya kemauan dan minat yang tidak disengaja ‘’ hal ini dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Minat timbul dengan sendirinya disebabkan karena adanya kemauan
Kemauan yang kuat merupakan senjata ampuh dalam mengahadapi semua rintangan. Misalnya seorang anak yang ingin mendapat prestasi belajar yang lebih baik, mereka akan terus berusaha sampai tujuan tersebut dapat tercapai
b. Minat yang tidak disengaja
Minat yang tidak disengaja adalah minat yang timbul karena adanya perangsang dari luar. Rangsangan tersebut akan berorientasi terhadap lingkungan sekitar seperti pengaruh lingkungan itu sendiri, atau dari dorongan orang lain teman dan sebagainya
Selanjutnya Thaha dkk (1999) mengemukakan bahwa ‘’minat dapat digolongkan atas dua bagian yaitu minat primitif dan minat kulturil’’yang kemudian penulis coba menguraikan satu persatu yaitu:
a. Minat primitif
Minat primitif sering diartikan sebagai minat biologis yaitu minat yang didasarkan kepada kebutuhan-kebutuhan jaringan sehingga tidak lepas kepada soal makan, minum dan sebagainya. Minat biologis merupakan minat awal yang terdapat dalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisme tubuh. Makin lama minat primitif ini akan semakin meningkat dan terasa dalam kebutuhan yang lebih luas misalnya : berminat belajar serta minat untuk memenuhi segala kebutuhan yang lain
b. Minat kulturil
Minat kulturil adalah suatu minat yang berada pada tingkat yang merupakan hasil dari pendidikan melalui perbuatan belajar. Apabila minta primitif berorientasi pada kebutuhan biologis, maka minat kulturil dapat dikatakan lebih berorientasi pada kebutuhan yang bersifat psikologis.
Oleh karena itu seorang guru harus memperhatikan beberapa komponen yang berhubungan dengan interaksi belajar. Dimana dalam setiap proses pembelajaran akan terajadi interaksi aktif dari berbagai unsur komponen yang terjadi secara terpadu. Menurut Langeveld (Hadi Supeno 1995), menjelaskan ada lima komponen yang berinteraksi secara aktif dengan pendidikan yaitu : (a). Komposisi tujuan pendidikan, sebagai landasan idiil kemana arah pendidikan dan dicapai melalui proses pendidikan tersebut. (b). Komponen terdidik, sebagai masukan manusiawi yang diperlukan sebagai subyek yang aktif dan dikenai proses pendidikan tersebut.(c). Komponen alat pendidikan, sebagai unsur sarana atau obyek yang dikenakan kepada terdidik dalam proses pendidikan.(d). Komponen pendidik, sebagai unsur manusiawi yang membantu mengenakan alat pendidikan kepada terdidik dan mengarahkan proses pendidikan menuju sasaran yang diharapkan sebagaimana termaktub dalam tujuan pendidikan, dan (e). Komponen lingkungan pendidikan, sebagai unsur suasana yang membantu dan memberikan udaras egar dalam proses pendidikan.
Kelima unsur di atas memberikan gambaran perlunya memperhatikan kondisi siswa dalam belajar, seperti yang dijelaskan di atas pada komponen ke dua bahwa siswa adalah merupakan, masukan manusiawi yang diperlukan sebagai subyek yang aktif dan dikenai proses pendidikan. Sehingga diharapakan seorang guru menata, dan membangkitkan minat belajaranya.
Membangkitkan Minat Belajar
Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu objek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Disamping memanfaatkan minat yang telah ada, para pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara satu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu serta menguraikan kegunaannya bagi siswa dimasa yang akan datang.
Berdasarkan beberapa uraiannya di atas maka penting artinya bagi guru menciptakana kondisi yang sebaik-baiknya serta memiliki wawasan luas tentang karakteristik metode mengajar yang tepat sehingga pada gilirannya akan meningkatkan minat belajar siswa Menurut Ibrahim (1991), guru setidak-tidaknya menjalankan tiga macam tugas utama yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Merencanakan
Perencanaan yang dibuat, merupakan antisipasi dan perkiraan tentang apa yang akan dilakukan dalam pengajaran, sehingga tercipta suatu situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan yang diharapkan. Perencanaan ini meliputi :
a. Tujuan apa yang hendak dicapai, yaitu bentuk-bentuk tingkahlaku apa yang diinginkan dapat
dicapai atau dapat dimiliki oleh siswa setelah terjadinya proses belajar mengajar.
b. Bahan pelajaran yang dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan.
c. Bagaimana proses belajar-mengajar yang akan diciptakan oleh guru agar siswa mencapai
tujuan secara efektif dan efisien.
d. Bagaimana menciptakan dan menggunakan alat untuk mengetahui atau mengukur apakah
tujuan itu tercapai atau tidak.
2.Melaksanakan pengajaran.
Pelaksanaan pengajaran selayaknya berpegang pada apa yang tertuang dalam perencanaan. Namun situasi yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan pengajaran mempunyai pengaruh besar terhadap proses belajar mengajar itu sendiri. Oleh sebab itu guru sepatutnya peka terhadap berbagai situasi yang dihadapi, sehingga dapat menyesuaikan pola tingkahlakunya dalam mengajar dengan situasi yang dihadapi. Situasi pengajaran itu sendiri banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
a. Faktor guru, setiap guru mempunyai gaya mengajar tersendiri sehingga gaya mengajar
mencerminkan bagaimana pelaksanaan pengajaran guru yang bersangkutan yang dipengaruhi
oleh pandangannya sendiri tentang mengajar, konsep-konsep psikologi yang digunakan, serta
kurikulum yang dilaksanakan.
b. Faktor siswa, Setiap siswa mempunyai keragaman dalam hal kecakapan maupun kepribadian
dan hal inilah yang mempengaruhi terhadap situasi yang dihadapi dalam proses belajar
mengajar.
c. Faktor kurikulum, kurikulum menggambarkan tujuan yang hedak dicapai dalam belajar
sehingga kurikulum merupakan alat pembentuk perubahan tingkahlaku yang diharapkan
dapat dicapai siswa melalui proses belajar yang beraneka ragam. Dengan demikian baik bahan
maupun pola interaksi guru siswa pun beraneka ragam pula. Hal ini dapat menimbulkan situasi
yang bervariasi dalam proses belajar mengajar.
d. Faktor lingkungan. Lingkungan ini meliputi keadaan ruangan , tata ruang dan berbagai situasi
fisik yang ada di sekitar kelas atau di sekitar tempat berlangsungnya proses belajar mengajar.
Lingkungan ini pun dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi situasi belajar.
3.Memberikan balikan
Memberikan balikan kepada siswa mempunyai fungsi untuk membantu siswa memelihara minat dan antusias siswa dalam melaksanakan tugas belajar. Salah satu alasan adalah bahwa belajar itu ditandai oleh adanya keberhasilan dan kegagalan. Upaya memberikan balikan harus terus dilakukan secara terus menerus. Hal ini bertujuan memberikan minat dan antusias siswa dalam belajar selalu terpelihara.
Berdasarkan beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam upaya membangkitkan minat belajar siswa, seorang guru harus dapat merancang pembelajaran dengan berbagai upaya sebagai berikut: memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi situasi pengajaran antara lain faktor siswa, guru, kurikulum dan faktor lingkungan. Selain itu seorang guru harus berupaya memberikan balikan yang dilakukan secara terus menerus. Hal ini bertujuan memberikan minat dan antusias siswa dalam belajar agar selalu terpelihara dan tertib, secara otomatis akan mempengaruhi terciptanya pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa.