Kamis, 29 Januari 2009

BELAJAR MENYENANGKAN DAN MEMBEBASKAN

Hampir semua manusia di negara tercinta kita ini, yang pernah mengenyam pendidikan formal baik SD,SMP, dan SMA dipastikan punya pengalaman menyenangkan dan tidak menyenangkan terhadap seorang guru di sekolah. Selain itu banyak cerita lucu tentang guru yang mengajar kita selama sekolah.
Pengalaman kita disekolah yang sering terjadi adalah membolos dengan meninggalkan mata pelajaran tertentu yang dianggap tidak menarik, munculnya pemikiran jalan pintas yakni tidak mau belajar tetapi ingin nilai yang baik sehingga memberi ekses terhadap percontekan mencari bocoran soal dan lain-lain. Keadaan yang demikian ini memberi indikasi bahwa belajar pada waktu tertentu sangat ditentukan oleh minat dan motivasi mengikuti pelajaran dalam kelas. Olehnya itu diperlukan kompetensi guru untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan membebaskan dalam mengelolah pembelajaran dengan pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran.
Menyikapi hal seperti ini sesungguhnya para ahli pendidikan berpendapat bahwa sebenarnya tidak ada satupun metode mengajar yang paling jitu dalam melaksanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hanya saja guru sebagai fasilitator pembelajaran diharapkan mencari model pembelajaran yang lebih banyak memberi peran kepada siswa dalam mengelolah belajarnya.
A. Konstruktiv sebagai Alternatif
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning), yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit dan hasil lebih diperluas melalui konteks yang terbatas.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengamatan nyata. Dengan dasar ini pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar, siswa menjadi pusat kegiatan dan bukan guru, Hamzah (2003).
Dalam pembelajaran konstruktiv seorang guru bukanlah melaksanakan kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke murid, melainkan suatu kegiatan untuk membangun pengetahuan siswa. Mengajar berarti partisipasi dengan pelajar dalam membentuk pengetahuan membuat makna dan mencari kejelasan, bersikap kritis dan mengadakan justifikasi.
Berdasrkan hal ini model pembelajaran konstruktif sangat cocok untuk dijadikan salah satu alternatif pembelajaran yang memberi peluang kepada siswa untuk leluasa dan membebaskan mengelolah pembelajarannya.
B. Guru sebagai Pembelajar Konstruktiv
a. Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator
Seorang pengajar atau guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik. Fungsi mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sebagai berikut:
1. Guru menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid bertanggungjawab dalam
embuat rancangan, proses, dan penelitian.
2. Guru menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keinginantahuan
muryd dan mbantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan ide mereka. Menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung proses belajar siswa. Guru perlu menyediakan pengalaman konflik.
3. Guru memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakan pemikiran siswa jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan murid.
Agar peran dan tugas tersebut berjalan dengan optimal, diperlukan beberapa kegiatan yang perlu dikerjakan oleh seorang guru:
1. Guru perlu banyak beriteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa yang sudah mereka
etahui dan pikirkan.
2. Tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan bersama sehingga siswa
ungguh terlibat.
3. Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa
4. Diperlukan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang dan kepercayaan terhadap siswa
ahwa mereka dapat belajar.
5. Guru perlu mempunyai pemikiran yang Fleksibel untuk dapat mengerti dan menghargai
pemikiran siswa
b. Startegi Belajar Konstruktiv
Strategi yang disusun dalam pembelajaran konstruktiv bersifat menjadi tawaran dan saran bukan suatu menu yang jadi. Olehnya itu dapat digambarkan beberapa ciri mengajar konstruktif sebagai berikut:
1. Orientasi: Murid diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik. Murid diberi kesempatan untuk mengadakan observasi terhadap topik yang hendak dipelajari.
2. Elisitasi: Murid dibantu untuk mengungkapkan idenya secara jelas dengan berdiskusi, menulis dan lain-lain.
3. Restrukrisasi ide. Dalam hal ini ada tiga hal:
(a). Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan ide-ide orang lain atau teman lewat diskusi atau lewat pengumpulan ide. Seseorang dapat terangsan untuk merekonstruksi gagasannya kalau tidak cocok atau sebaliknya menjadi lebih yakin bila gagasan cocok.(b). Membangun ide yang baru. Ini terjadi bila dalam diskusi itu idenya bertentangan dengan ide lain atau idenya tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan teman-teman. (c). Mengevaluasi ide barunya dengan eksprimen.
4. Penggunaan ide dalam banyak situasi. Ide atau pengetauan yang telah dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan siswa lebih lengkap dan bahkan lebih rinci dengan segala macam pengecualianya.
5. Review, bagaimana ide itu berubah. Dapat terjadi bahwa dalam aplikasi pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, seseorang perlu merevisi gagasannya entah dengan menambahkan suatu keterangan ataupun mungkin dengan mengubahnya menjadi lebih lengkap.(Paul Suparno, 1997)
Dengan adanya penerapan model konstruktif di sekolah, maka diharapkan sikap pasif siswa misalnya tidak senang terhadap mata pelajaran tertentu, membolos, dan mencari jalan pintas selama kegiatan pembelajaran berlangsung dapat diminimalkan. Namun perlu dipahami bahwa dalam penerapan pembelajaran konstruktiv banyak masalah yang menjadi kendala dalam pelaksanaanya antara lain sarana penunjang, literatur dan ruang kelas yang memadai. Olehnya itu guru diharapkan meningkatkan profesionalismenya dengan peningkatan kompetensi dibidang pengajaran dan penyediaan media pembelajaran.
Akhir tulisan ini, penulis menyampaikan selamat kepada teman-teman guru yang berkeinginan mencoba model pembelajaran konstruktiv, dan tetap guru masa-masa akan datang dapat terus berinovasi dan merubah pola-pola pembelajaran yang lama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar